
Oleh : Dr.H.Ismatullah,M.Pd
Partai Republik melawan Partai Demokrat di Amerika 2020, saat Donald trump mengalahkan Hillary Clinton 4 tahun yang lalu, isue yang dibangun cukup sudah demokrat berkuasa dibawah Presiden Barack Obama 2 periode, gantian sederhananya, sebagus apapun programnya.
Perubahan kebijakan ketika presiden berganti teramat wajar dan itu lumrah terjadi, perubahan kebijakan dlm penanganan kesehatan yang sudah mapan saat itu, sekalipun menuai protes yg meluas, pokone ganti titik, karena ganti Presiden.
Tahun 2020, di pilpres USA ada tabiat mirip Indonesia, yang kalah menggugat melalui jalur hukum, diasumsikan ada kecurangan dan ketidakpuasan, memang itu legal dan dijamin oleh konstitusinya.
Negara penegak demokrasi dunia, seharusnya sdh terlepas dari faktor curiga dan sangat terpercaya dalam penyelenggaraan pemilunya.
Dimasa pandemi Covid-19, tidak ada pendapat dan ke khawatiran terjadi cluster baru di masa kampanye dan tahapan pemilu di USA, ini patut di contoh, sekalipun demontrasi anarkis juga terjadi berkali-kali dengan beberapa isu rasial. Bahkan salah satu kandidat terkena covid-19, tidak menggorengnya dan menjadikan isu sentral untuk membakar emosi para tim suksesnya.

Kebijakan luar negeri tentang pemindahan ibukota Israel ke Yerosalem, pembunuhan panglima garda nasional Iran, penarikan pasukan dari beberapa negara konflik timur tengah seakan memberikan entry point untuk bekal pilpres ke-2 untuk Donald Trump, terbukti tidak berhasil mendongkrak elektabilitas Donald Trumph.
Joe Bidden, belajar dari suksesnya 2 kali mendampingi Barack Obama, dan kekalahan saat Hillary Clinton, menang jumlah tetapi tidak tersebar merata di setiap negara bagian, All out menuju kemenangan saat ini. (Joe Bidden Beat Donald Trump)
Mengelola isu lokal, rasial, agama secara arief dan bijaksana semakin meraih simpati rakyat amerika yg heterogen. Kepandaian menggabungkan antara kulit putih dan kulit hitam semakin mengkukuhkan strategi kemenangan mereka.
Joe Bidden & Harris (290) vs Donald Trump (214), cukup melampaui batas 270 untuk syarat menang menjadi presiden USA, demokrasi amerika mengutamakan kualitas presidennya bukan jumlah capres dan partainya.
Fusi partai di Indonesia menjadi 3, Golkar, PPP,dan PDI saat itu, membuat partai berkuasa leading tak tertandingi selama 32 tahun.
Reformasi 1998 menginspirasi kembali multi partai, pembatasan 2 periode, Demokrasi langsung, Otonomi Daerah, Amandemen UUD mewarnai bahkan saat ini ada juga yg ingin kembali pada UUD 45, musyawarah mufakat diterapkan lagi.
Kita harus segera belajar berdemokrasi yg lebih baik, Demokrasi Pancasila, Bhineka tunggal Ika sudah menjadi warisan bangsa Indonesia.