CILEGON, KNO – Satu lagi bentuk pelayanan untuk memanjakan para pengunjung, Villa Ternak Cikerai (VTC) yang belokasi di Lingkungan Pasir Angin, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, salah satu Objek destinisasi Wisata tersebut membuat terobosan baru dengan melaunching Kopi Kedai.
CEO VTC, Haribowo, dalam kegiatan Grand Launching Kopi Kedai, mengucapkan terimakasih atas dukungan dari Pemerintah Kota Cilegon dan kawan-kawan komunitas yang antusias dengan kehadiran Kedai Kopi.
“Kedepan, tidak hanya kedai, lewat tagline VTC Reborn, kawasan tersebut akan ia jadikan sebagai learning center bagi para pegiat kopi di Banten.” Ucapnya Bowo.
Dalam peluncuran tersebut, VTC juga menggelar event Fun Brewing Competition bekerjasama dengan Cilegon Coffee Community (CCC).
Sementara itu Walikota Cilegon Edi Ariadi yang turut hadir dalam launching tersebut mengaku bangga dengan apa yang sudah dilakukan Bowo melalui VTC.
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Kota Cilegon, saya merasa bangga. Keberadaan VTC bukan hanya bermanfaat bagi Bowo pribadi, tapi juga bagi lingkungan sekitar dan pemerintah. Ini patut diapresiasi dan didorong agar keberadaannya bisa lebih luas terdengar ke seluruh penjuru nusantara,” Tandas Edi.
Usai membuka acara, secara simbolis Walikota didampingi Dandim 0623/Cilegon, CEO VTC Haribowo, dan Direktur Bank BNI Syariah, melakukan penanaman bibit pohon kopi yang akan ditanam di areal VTC.
Edi berharap, apa yang dilakukan oleh Bowo bisa diikuti oleh pemuda atau milenial lainnya yang ada di Kota Cilegon, sehingga bisa ikut berkontribusi dalam membangun dan mengembangkan berbagai potensi yang ada.
Dalam kegiatan launching, berbagai produk seperti sirup dari sari buah-buahan hingga kopi gratis ikut menghias agenda tersebut.
Tak lupa, sebuah mesin roasting hasil kreasi anak muda penggiat petani kopi juga ikut dipamerkan.
Bebekal barang-barang bekas, mesin roasting yang sudah menggunakan teknologi terkini itu diharapkan bisa menjadi solusi bagi para penggiat kopi agar bisa miliki mesin roasting dengan harga murah.
“Kita memaksimalkan barang-barang yang ada. Kalau beli jadi pasti mahal harganya. Dengan kreatifitas dan kemauan untuk belajar kita bisa punya mesin ini dan bisa mengaturnya sesuka hati. Meski dibuat dari barang-barang bekas, namun untuk pengoperasiannya sudah menggunakan sistem digital atau komputerisasi, jadi gak kalah dengan mesin roasting yang harganya mencapai puluhan juta,” Ungkap Ratno. (Ang/red)