
SERANG, KNO – Pasca dikunjungi oleh pihak pemerintah Desa dan Kecamatan Anyar beberapa waktu lalu, terungkap bahwa Ifan masih ber-KTP Kota Cilegon yang merupakan tempat tinggal asalnya.
Camat Anyar Khairil Anwar bahkan mengirimkan foto KTP Ifan kepada wartawan ,Entah apa maksudnya dari Pimpinan tertinggi di Kecamatan Anyar itu, apakah ingin berkilah bahwa kesusahan yang dialami Ifan dan keluarganya adalah bukan tanggungjawabnya? Entahlah…
Tapi jika Pak Camat sedikit saja mau mencari info detail, ternyata Kampung tempat tinggal Ifan yang tertulis di KTP-nya itu saat ini sudah hilang. Lingkungan Cerlang, Kelurahan Gunungsugih, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, seperti yang tertulis di KTP itu, sudah tergusur dan dibebaskan oleh industri kimia Chandra Asri. Bahkan sejak lima tahun lalu.
Menurut pengakuan Ifan, bahwa dirinya sempat tinggal dengan orang tuanya sebelum kini mengalami “konflik keluarga”.
Orang tuanya adalah warga gusuran dari Link. Cerlang, Gunungsugih, Ciwandan yang memilih menetap di Kampung Cikeuyeup, Desa Mekarsari, Kecamatan Anyar.
Ifan pun mengaku memilih menjadi warga Kecamatan Anyar. Bahkan dia sempat berupaya membuat identitas kependudukan atau KTP dengan domisili Kecamatan Anyar, yang mengikuti tempat tinggal orang tuanya. Namun diakui Ifan, membuat KTP, sama sulitnya dengan upaya dia mendapatkan ekonomi yang layak.
“Saya pernah mau buat KTP, tapi beberapa kali ke petugasnya dibilang blangko nya lagi kosong. Padahal saya sudah lama tinggal di Anyer,” ungkap Ifan ditemui lagi oleh wartawan Fakta Banten, Senin (31/5/2021) pagi ini.
Saking seriusnya untuk menjadi warga Anyer, Ifan menunjukkan bahwa dia pernah membuat Surat Keterangan Domisili yang diterbitkan Pemerintah Desa Mekarsari. Surat itu yang diakui menjadi pengganti sementara, identitas Ifan saat tinggal di Anyer.
“Saya cuma disuruh bikin Surat Domisili aja sementara ini, karena bikin KTP susah,” imbuh Ifan.
Meski kurang beruntung saat tinggal di Anyer, namun Ifan mengakui bahwa kehidupannya sehari-hari ekonominya banyak dibantu oleh tetangga dan Ketua RT setempat, saat dia memutuskan tinggal di Gubuk Terpal yang menumpang di lahan milik perusahaan swasta itu.

“Tetangga ada aja yang bantu, ngasih makanan, atau saya diminta bantuin kerjaan apa aja terus dikasih uang. Pak RT juga bantu kami, dan lewat beliau saya diperbolehkan tinggal disini,”
“Kondisi ini dijalani aja ya, walaupun pernah 2 hari gak ketemu makan, makanya sekarang kita bertani nanem singkong, lumayan buat pengganti kalau gak ada makanan,” tutur Ifan menceritakan pilihan hidupnya.
Saat wartawan menggali informasi soal kunjungan Pak Camat dan Pihak Desa Anyer, apakah memberikan solusi untuk Ifan, sehingga bisa memperbaiki ekonomi? Ifan mengaku hanya mendapatkan bantuan mie instant dan makanan alakadarnya.
“Alhamdulillah ditengok Pak Camat dan orang desa, dapat bantuan mie instant dan makanan. Itu saja,” ungkapnya lagi.
Sedangkan terkait informasi kehidupannya yang mencuat di media sosial baru-baru ini, terutama tentang konflik keluarganya dimana Ifan mengaku tidak harmonis dengan ibu tirinya. Ifan juga mengaku sudah didatangi oleh ayahnya ke Gubuk Terpal tempat tinggalnya itu.
“Bapak saya dateng ke sini (gubuk-red) setelah ramai di medsos tentang saya, beliau berpesan supaya saya sabar dan tegar. Saya gak minta dan gak bisa nuntut bantuan ke bapa, karena keluarga bapa juga susah,” tandasnya. (**)